Deprecated: Hook wp_smush_should_skip_parse is deprecated since version 3.16.1! Use wp_smush_should_skip_lazy_load instead. in /home/ivanahda/public_html/wp-includes/functions.php on line 6031

Deprecated: Hook wp_smush_should_skip_parse is deprecated since version 3.16.1! Use wp_smush_should_skip_lazy_load instead. in /home/ivanahda/public_html/wp-includes/functions.php on line 6031

Penerapan coaching dalam dunia pendidikan saat ini kian populer dan semakin masif diselenggarakan di berbagai institusi pendidikan. Para guru, kepala sekolah, pegiat pendidikan, penyuluh, hingga badan pemerintah di bidang pendidikan dengan kompak memberikan testimoni bahwa coaching memberikan impact yang sangat luar biasa dalam meningkatkan baik kinerja mereka maupun output yang dihasilkan dari kegiatan pembelajaran itu sendiri. Namun, apa sebenarnya alasan yang menjadikan coaching begitu istimewa dan populer saat ini?

Perbedaan Coaching dengan Mentoring dan Training

Gambar: pexels/@cottonbro

Berbeda dengan mentoring dan training yang menitikberatkan pada proses transfer pengetahuan dan keterampilan, coaching berfokus pada upaya menggugah awareness terlebih dahulu melalui deep questions dan dialog yang intensif. Melalui deep questions ini, coach menggali awareness dan potensi yang dimiliki klien, kemudian diarahkan atau diproyeksikan pada responsibility yang mereka miliki. Tahap ini seringkali disebut sebagai thought provoking creative process. IDF (International Coaching Federation) mendefinisikan coaching sebagai “sebuah kerjasama antara coach dan klien dalam sebuah proses provokasi berpikir kreatif yang akan menginspirasi mereka untuk memaksimalkan potensi personal maupun profesional mereka.”

Provokasi yang dimaksud dalam proses coaching adalah sebuah bentuk dialog secara mendalam dengan klien untuk menggali potensi mereka, menggugah kesadaran dan tanggung jawab yang mereka miliki. Berangkat dari menyadari potensi, membangun awareness dan responsibility yang dimiliki, coaching akan membentuk klien menjadi pembelajar aktif dan solutif. Karenanya juga, coaching tidak memungkinkan proses transfer pengetahuan secara satu arah dalam bentuk pembelajaran spoon feeding seperti pada proses transfer ilmu konvensional.

Proses coaching secara aktif melibatkan semua pihak, menuntut baik coach maupun klien yang dilatih untuk sama-sama berdialog melakukan identifikasi masalah, menganalisis masalah, mengenali potensi, peluang dan dukungan dalam diri mereka hingga melakukan refleksi dan umpan balik untuk bagaimana mengatasi hal tersebut. Hal ini tentu saja akan sangat cocok bagi para pendidik atau praktisi pendidikan karena dunia pendidikan membutuhkan individu yang memiliki karakter yang lebih kompleks dari sekedar karakter pekerja yang hanya bisa menerima instruksi dan mematuhi aturan.

Coaching diharapkan dapat menjadikan para pendidik menjadi individu yang kreatif dalam menghadapi dunia pendidikan yang dinamis dan tentu saja mengubah pola pikir mereka dari pendidikan yang berupa transfer ilmu dengan cara “menyuapi” menjadi pendidikan yang memberdayakan individu untuk berpikir dalam tingkatan yang lebih dalam dan tinggi.

Baca Juga: The Journey to an Authentic Personal Branding

Coaching Dalam Kaca Mata Riset Empiris

Gambar: pexels/@lukas

Terlepas dari semua testimoni positif mengenai coaching dan efeknya pada kinerja klien atau peserta coaching, sebagian pakar pendidikan masih menilai bahwa kegiatan coaching memiliki angka yang sangat rendah dalam dokumentasi studi secara empiris. Hal ini bisa jadi karena coaching lebih dulu populer di dunia bisnis dan industri sebelum kini populer di tengah dunia pendidikan. Atau mungkin juga dikarenakan sesi coaching seringkali tidak didokumentasikan ataupun dianalisis secara empiris.

Berangkat dari hal ini, sejumlah akademisi mengadakan action research mengenai coaching terhadap guru atau praktisi pendidikan. Dari hasil riset, data yang diperoleh menyebutkan adanya kesesuaian dengan review yang ada di lapangan bahwa coaching mendorong para pendidik untuk melakukan kolaborasi dan refleksi, coaching mempromosikan nilai budaya positif di lingkungan sekolah, coaching mendukung kepemimpinan terpadu dalam sistem sekolah, terakhir coaching juga mengakomodasi kebutuhan pendidik dan peserta didik secara konsisten dan berdedikasi.

Dari sejumlah catatan refleksi para peserta coaching, beberapa menuliskan bahwa coaching membantu mereka menyadari dengan lebih baik mengenai tanggung jawab mereka sebagai pendidik, apa yang ingin mereka capai dan apa yang harus mereka lakukan untuk dapat mencapai tujuan mereka. Mereka menyebutkan bahwa coaching menjadikan mereka mampu untuk work smarter not harder. Disebutkan juga bahwa refleksi dalam sesi coaching membantu professional growth dalam karir mereka, meningkatkan job satisfaction dan keterampilan mereka dalam memecahkan masalah.

Selain menggugah awareness, responsibility, dan refleksi yang meningkatkan personal & professional growth, adakah manfaat coaching lainnya yang mau kamu share juga?

Baca Juga: Why People (Don’t) Change?