Tibalah kita di penghujung bulan Ramadan. Sebulan sudah waktu dilewati dengan semua dinamikanya. Setiap orang memiliki pengalaman subjektif yang berbeda-beda dari Ramadan yang dijalaninya. Semua pengalaman itu akan kita bisa lihat hasilnya ketika kita sudah keluar dari Ramadan. Pengalaman akan sangat tergantung ketika setiap orang memaknai awal datangnya Ramadan dalam hidup mereka. Untuk makna yang berbeda-beda, lihatlah bagaimana seseorang mengisi waktu-waktu di bulan Ramadan.
Sedari kecil kita berulang kali mendapatkan pesan Al-Quran bahwa tujuan transendental ibadah puasa untuk mencapai taqwa. Taqwa inilah yang jadi ultimate purpose, sekaligus menjadi koridor orang-orang yang terpanggil. Dalam implementasinya, intensitas dan cara kita mendekat ke taqwa memiliki variasi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Ada yang menjalaninya tak ubah di bulan-bulan sebelumnya. Peringatan ini yang berulang kali disampaikan kepada kita; jangan sampai puasa hanya menghasilkan lapar dahaga, dimana ibadah kita tidak ada perubahan, kedekatan kita dengan Allah pun tidak ada keistimewaan.
Salah satu hikmah bulan Ramadan, ia merupakan waktu yang memaksa kita untuk berjeda sementara. Jeda dari hingar bingar mencari dunia dan lalu lalang janji bertemu, jeda untuk melihat apa yang tergerus dari kemanusiaan, jeda untuk menemukan potongan doa yang sudah lama tidak kita lantunkan. Jedanya bukan titik, tapi koma yang membuat kita berhenti sejenak.
Malam ini akan segera berganti dengan fajar hari baru. Namun kita masih ada waktu untuk melakukan refleksi, mengevaluasi capaian, mengukur kekuatan, dan mengisi perbekalan. Karena kita tidak pernah tahu berapa banyak perbekalan yang kita butuhkan ke depan, tapi kita bisa berupaya mengisinya dengan tabungan energi positif yang banyak, tekad sekuat baja dan tabungan lantunan doa kepada yang Maha Kuat.
Selamat berjuang di 11 bulan ke depan!