Pendidikan secara umum merupakan eskalator peradaban satu bangsa. Masing-masing tingkat pendidikan memiliki kontribusi dan signifikansi yang sama penting sebagai aset sumber daya intelektual. Secara lebih spesifik, pendidikan tinggi berperan untuk menopang daya saing bangsa (Dr. Heri Erlangga, 2018). Hal senada juga dipaparkan dalam riset lainnya yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing satu bangsa ada tiga faktor kunci yang sangat berperan, yaitu: pemerintah, dunia usaha & industri dan perguruan tinggi (Mutaqin, 2010).
Kepemimpinan dan dunia pendidikan (dengan sokongan hasil riset internasional) kian hari dipandang sebagai dua sisi mata koin yang tidak dapat dipisahkan. Jika dalam artikel Good leader, Good Teacher disebutkan bahwa kepemimpinan seorang guru berimbas secara langsung terhadap meningkatnya capaian peserta didik, maka kepemimpinan di segmen perguruan tinggi tidak hanya akan mengangkat capaian para mahasiswa tapi juga meningkatkan daya saing bangsa mereka.
Lantas, variabel kepemimpinan seperti apa saja yang dinilai penting untuk pendidikan tinggi?
Akuntabilitas
-
Business photo created by katemangostar – www.freepik.com
Akuntabilitas dalam dunia pendidikan tidak hanya berkutat seputar pengaturan sumber daya, budgeting, pemeliharaan fasilitas bangunan akan tetapi juga mencakup keterampilan untuk dapat mengatur penggunaan sumber daya tersebut secara efektif, efisien dan proporsional.
Brundet dan Rhodes (2011) dalam bukunya yang berjudul Leadership for Quality and Accountability in Education, mengaitkan kepemimpinan dan akuntabilitas secara langsung dengan kualitas. Akuntabilitas dalam kepemimpinan sebuah lembaga pendidikan dapat meningkatkan outcome kegiatan pembelajaran. Secara lebih spesifik dipaparkan bahwa akuntabilitas menjamin peningkatan mutu lembaga pendidikan dan bahkan bisa memberikan dampak luar biasa bagi para pemimpin untuk terjun langsung dalam dunia pendidikan.
Semakin tinggi akuntabilitas satu lembaga atau manajemen institusi maka akan semakin terjamin kualitas yang mereka miliki.
Baca Juga: Collective Genius: Kepemimpinan yang Dibutuhkan untuk Melahirkan Inovasi
Entrepreneurial Spirit

Begitu banyak kajian riset internasional yang merumuskan konsep entrepreneur bagi perguruan tinggi, dimulai dari (1) konsep transfer teknologi, (2) engagement antara kampus, pelaku industri dan para stakeholders atau juga disebut “triple helix” partnership, (3) tuntutan dari pemerintah untuk terus melakukan inovasi dan mendukung agenda pemerintah untuk kepentingan daya saing negara dan juga (4) sebagai refleksi nilai perguruan tinggi di mata publik. Secara umum, semua poin tadi mengerucut pada agenda strategi kampus untuk terus mempertahankan value mereka di mata publik dan pemerintah.
Oxford University pada tahun 2010 menginisiasi program Entrepreneurial University Leadership Programme yang kini dilaksanakan setiap tahun bagi para pemimpin senior di kampus mereka dan menaungi riset secara khusus untuk menyiapkan dan mendukung program ini (Gibb, Haskins & Robertson, 2013). Hal ini menjadi contoh konkret bagaimana kampus unggul telah mengambil langkah nyata untuk mentransformasikan nilai entrepreneur ke dalam riset dan agenda strategi mereka. lebih jauhnya, program enterpreunal dan leadership ini, kini dijadikan sebagai program tahunan bersama dengan NCEE (Dewan Nasional Entrepreneur dalam Pendidikan).
Dalam riset lainnya, Spirit entrepreneur dinilai sebagai bekal yang sangat berharga bagi para pelajar untuk lebih siap menghadapi kondisi lapangan yang penuh dengan kompleksitas, ketidakpastian dan juga ragam kesempatan. Selain itu, entrepreneurship juga dipandang sebagai pelindung properti intelektual dengan kemampuannya meningkatkan kapasitas komersil yang bisa diakses masyarakat secara luas. (Salem, 2014)
Open Innovation Culture

Perubahan dinamis yang terjadi di dunia pendidikan tidak terkecuali untuk pendidikan tinggi, telah mengubah banyak karakter dan paradigma universitas. Salah satunya adalah pergeseran paradigma penelitian yang tadinya bersifat monodisipliner dan ilmu murni, kemudian beranjak ke penelitian interdisipliner dan kajian praktis untuk jejaring komunitas lokal hingga internasional, hingga kemudian penelitian saat ini lebih dititikberatkan pada relevansi tuntutan publik, aplikasi keterampilan entrepreneur yang dikendalikan oleh spirit inovasi/pembaruan secara terus-menerus.
Semangat untuk terus menerus melakukan inovasi tidak bisa dielakan dari institusi pendidikan tinggi karena mereka selalu dihadapkan dengan tantangan dan tuntutan dari publik untuk dapat merespon perkembangan ekonomi, sosial, dan problematikanya dalam konteks regional bahkan global. Karenanya, institusi pendidikan tinggi harus memiliki semangat inovasi yang berkelanjutan untuk dapat terus bertahan dan berkembang di tengah masyarakat. Globalisasi juga turut memberikan tantangan berupa perubahan konstan akan tuntutan dan peran sebuah profesi serta bagaimana institusi pendidikan tinggi dapat menjadi jembatan antarmuka antara jejaring lokal dan global.
Dengan akuntabilitas yang baik, semangat entrepreneurship, dan inovasi yang berkelanjutan semoga capaian pelajar dan daya kompetitif bangsa kita akan semakin meningkat seiring dengan membaiknya kepemimpinan di pendidikan tinggi.
Baca juga: Kepemimpinan di Kala Pandemi: Altruisme sebagai Sebuah Jalan
Referensi:
- Brundrett, Mark & Rhodes, and. (2010). Leadership for Quality and Accountability in Education. 10.4324/9780203852934.
- Gibb, Allan & Haskins, G. & Robertson, I.. (2013). Leading the entrepreneurial university: Meeting the entrepreneurial development needs of higher education institutions. Universities in Change. 9-45.
- Heri Erlangga. (2018). Semangat Kewirausahaan di Perguruan Tinggi. Bandung: Universitas Pasundan. Press.
- Mutaqin. (2010). Peningkatan Spirit Jiwa Entrepreneurship pada Mahasiswa LPTK melalui Pengembangan Kurikulum KWU Berbasis Teknologi. Makalah Pendamping seminar internasional “Peran LPTK dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia. Denpasar, 29 April – 2 Mei 2010.
- Salem. (2014). Higher Education As A Pathway To Entrepreneurship. International Business & Economics Research Journal – March/April 2014 Volume 13, Number 2.